A. Pengarang, Karya Sastra, dan Masyarakat
Escarpit sempat menyatakan dalam buku kecilnya (Sociologie de La Litterature) “dahulu masyarakat memiliki sastra, akan tetapi sekarang masyarakat lebih memilih memproduksi sastra”. Suatu pernyataan biasa, akan tetapi megandung makna yang luar biasa. Secara eksplisit pernyataan Escarpit tersebut memberikan gambaran yang nyata bahwa kondisi karya sastra kita sudah tidak lagi mendapatkan tempat yang luas di hati masyarakat. Keberadaan karya sastra hanya seperti musim yang berlalu dan akan datang lagi pada musim berikutnya. Entah kapan, namun tapi pasti kedatangannya tidak pernah diharapkan apalagi dirindukan.
Regenerasi karya sastra (mantra, syair, pantun, gurindam, puisi, dll.) terus dilakukan setiap waktu dengan berbagai kreasi dan momen, namun kurangnya “warna-warni bekal” yang dapat membakar semangat generasi muda membuatnya sirna begitu saja. Ironisnya, karya sastra di tangan generasi muda hanya sebatas nyanyian menjelang tidur. Berbeda dari masyarakat dulu yang memposisikan karya sastra sebagai sesuatu urgen dan memiliki tempat sangat luas di masyarakat. Saat itu karya sastra (mantra) dijadikan medium untuk berkomunikasi lintas dimensi dan karya sastra (pantun dan syair) digunakan sebagai sebagai senandung asmara dan tali persahabatan. Pada saat itulah karya sastra (mantra, pantun, syair, gurindam, dll.) menjadi teman dan milik anggota masyarakat. File lengkap masih di proses
1 Ruang Lingkup Sosiologi Sastra
Iklan
lalu bagaimana cara meningktkn smangt genersi skrg terhdp karya sastra pak????
Ya buatlah sastra sebanyak banyaknya…